KisahGus Dur Yang Tidur Dan Ziarah Dalam Satu Waktu; Jawa. Ketika mendengar suara beduk itu, para wali lainnya menggunakan ilmu melipat bumi agar cepat sampai di tempat pertemuan. Gus Dur Mempunyai Ilmu Laduni. Ayat ini mengisahkan pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir as. Ketika itu, Nabi Musa diperintahkan untuk berguru tentang hikmah
Advertisement "Saat Gus Dur termasuk juga Gus Mus mendirikan PKB, Mbah Moen saat itu tetap konsisten di PPP. Tapi hubungan silaturahmi antara beliau-beliau ini tetap terjamin dan terjaga," kata Gus Ipul. Bahkan saat awal pendirian PKB, sempat terjadi ketegangan khususnya di kawasan Jawa Tengah, namun saat itu, Mbah Moen bisa mendinginkannya.
KisahGus Dur bertemu dengan Nabi Khidir As dengan Kyai As'ad Syamsul Arifin.#gusdur #NabiKhidir #nabimuhammad #gusmuwafiq #gusmiftah #gusbaha #gusbaha #gus
NasihatGus Dur Bertemu Walisongo di Candi Prambanan dan Borobudur. Sandal Mbah Dalhar dan Kisah Gus Miek Bertemu Nabi Khidir. Film "The Santri" Vs Kultur Pesantren. Syaikh Hisyam Kabbani: Cara Agar Anda Dilihat Oleh Rasulullah. Hijrah Bukan Seperti Belah Bambu. Tentang Atorcator;
KisahGus Dur Sosok Waliyulloh. Tanda-Tanda Gus Dur Sosok Waliyullah Tak lama kemudian kami pamit setelah di beri kode untuk mengakhiri pertemuan oleh asisten Gus Dur," tutur Ario. lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah Klayan hal.xxii).
1Yzdw. Kesaksian Prof Quraish Shihab Tentang Gus Dur - Dinasihatkan oleh Rasulullah SAW, kita berkumpul di suatu majlis yg oleh agama dinamai majelis dzikir. Tidak kurang dari 200 kali, kata-kata dzikir terulang di dalam Al-Quran. Objeknya bermacam-macam, salah satu di antaranya adalah berdzikir, merenung, mengingat, menyebut-nyebut tokoh-tokoh, lebih lebih yang memiliki jasa di dalam masyarakat. Rasulullah SAW pun memerintahkan kita dengan sabdanya Udzkuru mahasina mautakum.. Renung renungkanlah, ingat-ingatlah, sebut-sebutlah jasa-jasa, kebaikan-kebaikan orang-orang mati kamu. Karena itu kita perlu garis bawahi, acara kita ini, acara haul ini, adalah salah satu dari ajaran penting dalam agama Islam yang ditekankan oleh Al-Quran dan Sunnah. Kalau kita berbicara tentang Gus Dur, tidak mudah membicarakan tokoh ini, karena tidak mudah menemukan kunci kepribadian Almarhum. Bahkan bisa terkesan bahwa ada semacam kontradiksi dari sikap-sikap beliau. Beliau itu serius, tetapi suka bercanda. Dalam hal-hal serius, seringkali kita dengar Gus Dur berucap “Begiitu aja kok repot”. Serius dan bercanda bertolak belakang, tetapi tidak harus dipertentangkan. Gus Dur seorang yang sangat rasional, tetapi dalam saat yg sama, beliau percaya supra rasional, yang terkadang bagi orang-orang yang tidak mengerti, dinamai irrasional. Bertolak belakang. Gus Dur almarhum seorang demokrat, senang bermusyawarah, tetapi dalam saat yang sama, bisa terkesan, karena kuatnya kepribadian beliau dan kuatnya cara-cara beliau untuk mempertahankan pendapatnya, terksean bahwa dia otoriter. Gus Dur–Allahu yarham— seorang yg berpijak di bumi indonesia, melihat jauh ke depan, tetapi dalam saat yang sama tidak pernah tidak menoleh ke belakang. Gus Dur bukan saja mengumandangkan dan mempraktekkan ungkapan yang dikenal oleh agamawan , dengan al muhafadzhotu alal qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah, tetapi Gus Dur lebih dari itu. Bukan hanya sekedar “memelihara yg baik dari masa lalu serta mengambil yg lebih baik dari masa kini,” beliau bukan sekadar mengambil tetapi mempersembahkan sesuatu yang orisinil baru dari Gus Dur. Karena, dalam dua tanda petik, pertentangan-pertentangan ini, maka sikap masyarakat terhadap Gus Dur juga berbeda. Ada yang sangat mengagumi Gus Dur, tapi ada juga yang tidak faham tentang Gus Dur itu mempersalahkan Gus Dur. Dalam pandangan agamawan dan ilmuwan, kalau anda menemukan satu orang yang sikap masyarakat kontradiktif terhadapnya, maka ketahuilah bahwa yang bersangkutan adalah seorang yang genius. Dan karena itu, agama mengingatkan agar yang terlalu senang jangan melampaui batas dalam kesenangannya, dalam cintanya. Dan yang tidak senang jangan melampaui batas dalam kebenciannya. Rasul SAW bersabda, menyangkut Sayyidina Ali Karramallohu Wajhahu, ada yang sangat-sangat mengagungkan beliau, melebihi kedudukan beliau. Dan ada juga yg membenci beliau. Rasul SAW bersabda, ya Aliy, yahliku fika alrajulan. Ada dua kelompok manusia yang binasa menyangkut sikapnya terhadap engkau. Yang pertama terlalu cinta kepadamu, dia binasa karena terlalu cinta melebihi batas, dan yang kedua terlalu benci kepadamu.. Kita ingin menempatkan Gusdur pada tempatnya yang sebaik-baiknya. Kita tidak ingin terjadi kecintaan kita mengantar kita kepada syirik. Tapi dalam saat yang sama kita tidak ingin ketika kita tidak sependapat dengan beliau menuduh beliau dengan tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Memang, kata para pakar, bisa jadi…bisa jadi..Kalau menurut ukuran akal, itu mustahil, tetapi bila kita menggunakan hati, maka itu tidak mustahil. Seorang yang mencapai kedudukan akal yang sehat, tidak mungkin baginya memadukan dua hal yang bertolak belakang. Tetapi seorang yang mencapai puncak akal dan puncak kesucian jiwa, dia dapat mencapai dan menggabung dua hal yang bertolak belakang. Itu sebabnya, sejak dulu ada filosof-filosof yang berkata sebenarnya bisa jadi ada orang yang berjalan di sungai, tapi dalam saat yg sama dia berhenti.. Al quran menyatakan Wama romaita idz romaita walakinnalloha roma..”bukan engkau yg melempar pada saat engkau melempar, tapi Allah yg melempar. ” Dua hal yg bertolak belakang. Karena itu ketika kita menemukan dalam ide-ide dalam pemikiran-pemikiran Gus Dur, faham pluralisme sebenarnya itu lahir dari pandangan akal yang digabung dengan pandangan hati yang suci. Itu sebabnya sufi-sufi besar, yang sebahagian mereka disalahpahami pendapat-pendapatnya itu berdendang, ada yg berkata “Sekali engkau melihat saya beribadah kepada Tuhan di masjid, dan di kali lain engkau melihat saya di gereja. Sekali engkau saya puja, dan di kali lain, engkau memuja saya. Sekali aku menyembah kepadamu, dan di kali lain engkau menyembahku.” itu kata Ibnu Al Arabi. Hal yang bertentangan, tetapi sebenarnya bagi yang faham itu tidak harus dipertentangkan. Gus Dur dengan faham pluralismenya ada yang salah faham. Padahal kalau kita merujuk pada Al-Quran, kita merujuk pada Sunnah Nabi saw kita menemukan itu sangat sejalan dengan apa yang diajarkan oleh Nabi. Kalau kita baca surat perjanjian Nabi kepada kelompok Kristen Najran, boleh jadi ada orang yang tidak percaya itu. Saudara tahu, antara lain dikatakan disana, ” bahwa umat Islam harus membantu umat Kristen kapan dan dimanapun, sehingga jika mereka membutuhkan dana untuk membangun gereja-gereja mereka, hendaklah dia dibantu bukan sebagai hutang, tetapi sebagai bantuan yg tulus.” Itu perjanjian Nabi. Yang semacam itu yang difahami oleh Gus Dur. Bagi orang yang tidak faham sejarah, dia katakan, oh ini melanggar. Karena itu sangat wajar jika kita kembali kepada fikiran-fikiran Gus Dur. Sangat wajar apabila kita teruskan fikiran-fikiran beliau, apalagi dewasa ini. Gus Dur berpijak masa kini, tetapi menoleh ke belakang. Sekaligus memandang jauh ke depan. Terkadang pikiran-fikiran beliau melampaui masanya, sehingga nanti setelah beliau pergi, masa berubah, baru orang sadar, oh itu dulu Gus Dur benar ketika itu. Disitulah Gus Dur bagaikan mendendangkan syair yang menyatakan Sayadzkuruni qaumi idza jadda jidduhum wafil lailati dzulma’i yuftaqadul badru umatku/kaumku akan mengingat-ingat saya pada saat krisis mereka, dan memang purnama dicari-cari waktu gelapnya malam. Allah yarham Gus Dur. Semoga Allah menempatkan beliau di tempat yg sebaik-baiknya ” Wassalaamu ’alaikum warahmatulloh wabarakatuh Post Scriptum Pidato ini disampaikan oleh Prof. Dr. Quraish Shihab saat 1000 Hari Wafatnya Gus Dur tahun 2012 di Ciganjur.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID Nc7mcP0CwqpWzsOMmFDoOXeydkP02foT_G_pVTE_BAm-O_TUnEt4Uw==
Nabi Khidir لخضر, Khadr, Khadr merupakan salah satu Nabi yang diyakini masih hidup hingga saat ini. Namun, keberadaannya selalu misterius. Hanya beberapa orang saja yang pernah bertemu dan mendapat pelajaran dari Nabi Khidir, seperti cerita populer tentang perjumpaannya dengan Nabi tentang asal usul Nabi Khidir banyak versinya. Ada yang menyebutkan Nabi Khidir putra Nabi Adam AS yang diciptakan dari tulang iganya. Ada juga yang mengatakan dia cucu Nabi Harun AS. Menurut jumhur ulama, Nabi Khidir masih hidup dan tidak akan meninggal hingga kiamat tiba, namun tak berarti Nabi Khidir kekal lantaran dia tetap meninggal dunia sehingga tak bersambung dalam masa kehidupan dunia dan dari buku Ma'ariful Auliya 82 Kisah Hikmah dari 60 Kekasih Allah karya Muhammad Khalid Tabits, selain Nabi Musa berikut deretan orang-orang yang pernah bersua dengan Nabi Ali Zainul AbidinNabi Khidir selalu datang kepada Ali Zainul Abidin, cucu Nabi Muhammad SAW. Abu Hamzah al-Tsamali meriwayatkannya, sebagaimana dilansir oleh Abu Nuaim dalam kitab Hilyat al-Auliya. Dalam riwayat tersebut Abu Hamzah berceritaAli Zainul Abidin sempat bertemu Nabi Khidir, ketika dia sedang bersedih. Ali merasa takut karena hidup di dunia dan entah apa yang terjadi ketika sudah di akhirat pun tiba-tida didatangi oleh seorang pria tampan berpakaian rapi dan indah. Lalu pria itu bertanya pada Ali, mengapa dia bersedih? "Wahai Ali ibn al-Hasan, mengapa kau terlihat sedih dan tertekan? Apakah karena dunia? Ia adalah rezeki yang ada. Dimakan oleh orang baik dan orang jahat'"Aku Menjawab, "Bukan karena dunia aku bersedih, karena dunia seperti yang kau takutkan,""Apakah karena akhirat? Ia adalah jani yang pasti. Urusan di dalamnya ditetapkan oleh Raja Yang Maha Kuasa?" tanya nya lagi."Bukan karena itu aku bersedih, karena akhirat seperti yang engkau sampaikan," jawabku. Saat itu Ali tajut sekali akan fitnah yang berasal dari Ibnu al-Zubair. Kemudian pria itu menegaskan akan kuasa Allah yang selalu melindungi dan mengabulkan setiap permintaan pria itu pergi dan menghilang. Lalu ada yang memberi tahu Ali, bahwa pria yang menyambanginya tadi adalah Nabi Muhriz ibn KhalafMuhriz ibn Khalaf adalah seorang sastrawan. Syekh Muhriz ibn Khalaf bertemu dengan Nabi Khidir, sebagaimana diriwayatkan oleh banyak orang, salah satunya oleh Abu al-Thahir al-Farisi dengan sanad dari al-Dasturi al-Qathan al-Abid. Al-Qathan menceritakanKetika Al-Qathan sedang mencari sejumlah buku di Tunis, kemudian ia datang ke masjid. Di sana ia bertemu dengan saudara sastrawan, yaitu Muhriz ibn Khalaf. Dia pun menanyakan keberadaan seorang sastrawan tersebut. Lalu ada yang mengatakan bahwa dia sastrawan ada di sebuah masjid, dan sedang berbicara bersama seorang pria tidak pun segera menyalakan lampu, lalu menghampiri Syekh Muhriz untuk mencari tahu siapa sebenarnya pria yang sedang bersamanya itu. Anehnya ketika dia mendekati masjid, tiba-tiba lampu padam. Lalu menyalakan lagi hingga tiga sang sastrawan pun mengatakan pada Al-Qathan, jika pria tadi yang bersama Muhriz sudah keluar. Qathan pun bertanya pada Muhriz, dan bila tidak memberitahunya maka dia akan menyebarkannya. Muhriz pun akhirnya mengatakan, "itu adalah Abu al-Abbas al-Khadir."3. Syekh Ibrahim al-KhawashSebagaimana telah diriwayatkan oleh al-Khatib al-Baghdadi sepulang dari sebuah perjalanannya, Syekh Ibrahim al-Khawash pernah ditanya, "apa yang engkau alami selama perjalanan?". Kemudian dia Syekh Ibrahim al-Khawash menjawab, bahwasannya dia sempat terjatuh karena tiba-tiba datang seorang pria tampan berbaju bagus, menunggangi kuda dan memberikannya air. Hingga akhirnya Syekh Ibrahim al-Khawash tidak mearasa kehausan lagi. Setelahnya, pria itu menawarinya naik ke atas kuda. Tanpa disadari, dia sudah ada di sebuah di dataran itu bertanya,"apa yang kau lihat?" dia menjawab "Kota Madinah" Pria itu meminta Syekh Ibrahim al-Khawash untuk turun dan berkata "Turunlah dan sampaikan salam dariku untuk Rasulullah SAW. Ucapkan olehmu, saudaramu Khadir menyampaikan salam kepadamu,"4. Imam Ahmad ibn HanbalImam Ahmad ibn Hanbal juga salah seorang yang pernah ditemui oleh Nabi Khidir. Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Ya'la dalam Thabaqat al-Hanabilah dari Abu al Thayyib dari Abu al-Qasim al Baghawi. Dalam kisah Abu Al-Qasim al Baghawi menuturkan bahwa Imam Ahmad Habal bercerita kepada hari Abu Al-Qasim al Baghawi sedang mengantar seseorang yang akan berhaji hingga ke wilayah al-Qadisiyyah. Dari situlah dia memiliki keinginan untuk menunaikan ibadah haji. Namun sayang, dia mempertimbangkan karena keadaannya. Saat itu dia hanya memiliki bekal lima dirham ada seorang pria menghampirinya dan berkata "Wahai Abu Abdullah, nama besar dan niat yang lemah telah menghalangimu untuk berhaji," Lalu Abu Al-Qasim menjawab, "Iya, demikian adanya.""Apakah kau ingin menemaniku?" kata pria itu. lalu Abu Al-Qasim menjawab, "Mau,". Kemudian dia ikut bersama pria itu, menjauh dari rombongan. Ketika waktu istirahat tiba, yaitu antara isya dan sahur mereka pun singgah di suatu tempat. Pria ini menawarinya sebuah makanan, tentunya Abu Al-Qasim tidak itu memintanya untuk bangun, dan diperlihatkan makanan lezat seperti roti, sayuran dan daging yang siap disantap. Sedangkan pria itu tidak ikut makan. Setelah beberapa lama singgah di tempat lainnya, tiba-tiba pria itu al-Thayyib bertanya kepada Abu Al-Qasim al Baghawi, "Apakah engaku mengetahui pria tersebut?" al Baghawi menjawab. "Aku mengira ia adalah Khidir Bisyr al-HafiKetika Bisyr memasuki rumahnya, tiba-tiba di dalam ada seorang pria bertubuh tinggi sedang salat. Setelah dia melihatnya, lalu orang itu memberi salam dan langsung berkata "Aku adalah Khidir," Kemudian Bisyr pun berkata, "Ajarilah sesuatu yang bermanfaat untukku,"Pria itu menjawab, "Ucapkanlah Aku memohon ampun kepada Allah dari setiap perjanjian yang aku langgar dan dari setiap nikmat yang aku pergunakan untuk bermaksiat kepada-Nya,". Kemudian ada kejadian lainnya, dia meminta Nabi Khidir mendoakannya, "Semoga Allah menutupi ketaatan itu untukmu," kata Syekh Zakariya al-AnshariSyekh Zakariya al-Anshéri bercerita Pada suatu waktu, saudaraku Syekh Ali aI-Nabtaini bcrkumpul dengan Nabi Khidir. Syekh Ali al-Nabtaini itu bertanya kepadanya. “Apa yang kau katakan tentang Syekh Yahyé aLManaM?”Nabi Khidhir menjawab, “Tidak ada masalah.”Syekh Ali al-Nabtaini itu bertanya lagi, “Bagaimana dengan iman?”“Tidak ada masalah’“Bagaimana dengan Syekh Zakariya?”“Tidak ada masalah. Hanya saja ia berjiwa kecil.”Syekh Zakariya melanjutkan, “Ketika Syekh Ali al-Nabta’mi mengirim utusan dan menyampaikan kabar itu kepadaku, hatiku seakan sempit. Aku tidak mengetahui apa yang dimaksud oleh Nabi Khidir dengan jiwa kecil’.Aku kemudian mengirim utusan untuk meminta penjelasan soal ungkapan itu. Setelah ditanyakan, Nabi Khidhir menjawab, jika mengutus seseorang untuk utusan sesuatu, ia Syekh Zakariya selalu mengatakan, Syekh Zakariya berkata kepadamu.’ Artinya, ia menyebut dirinya sendiri sebagai syaikh”
VIVA – Nabi Khidir AS memiliki kisah dengan Nabi Musa AS. Kisahnya diceritakan dalam Alquran. Ada pula kisah-kisah lainnya yang berkaitan dengan Nabi Khidir. Berikut kisah nabi Khidir dengan nabi Musa yang dikutip dari Musa Diberi Tahu tentang Orang Bijaksana Ilustrasi Nabi Musa. Suatu hari, Musa menyampaikan khotbah yang begitu mengesankan sehingga semua orang yang mendengarnya sangat tersentuh. Seseorang dalam jemaah bertanya "Wahai Rasulullah, apakah ada orang lain di bumi ini yang lebih berilmu darimu?" Musa menjawab "Tidak!", percaya demikian, karena Allah telah memberinya kekuatan mukjizat dan menghormatinya dengan Allah mengungkapkan kepada Musa bahwa tidak ada manusia yang bisa mengetahui semua yang perlu diketahui, dan tidak akan ada satu utusan saja yang menjadi penjaga semua pengetahuan. Akan selalu ada orang lain yang tahu apa yang orang lain tidak tahu. Musa bertanya kepada Allah "Ya Allah, di mana orang ini? Saya ingin bertemu dengannya dan belajar darinya." Dia juga meminta tkamu untuk identitas orang memerintahkannya untuk mengambil ikan hidup dalam bejana berisi air. Di mana ikan menghilang, dia akan menemukan orang yang dia cari. Musa memulai perjalanannya, ditemani oleh seorang pemuda yang membawa kapal dengan ikan. Mereka mencapai tempat di mana dua sungai bertemu dan memutuskan untuk beristirahat di sana. Seketika, Musa Musa Menemukan Nabi Khidir Kisah Nabi Yakub Saat dia tertidur, temannya melihat ikan itu menggeliat keluar dari kapal ke sungai dan berenang menjauh. Namun, dia lupa menceritakan kejadian ini kepada Musa. Ketika dia bangun, mereka melanjutkan perjalanan sampai mereka kelelahan dan lapar. Musa meminta makan paginya. Baru pada saat itulah temannya ingat bahwa ikan yang mereka bawa telah kabur. Mendengar ini, Musa berseru 'Inilah yang kita cari!" Mereka buru-buru menelusuri kembali langkah mereka ke tempat di mana sungai bertemu dan di mana ikan telah melompat keluar. Di sana mereka menemukan seorang pria, wajahnya sebagian tertutup tudung. Sikapnya menunjukkan bahwa dia adalah orang suci, dia adalah nabi Khidir, Nabi Musa Mencari Nabi Khidir - Hadits Ilustrasi Nabi Khidir. Kisah Musa dan Al-Khidir juga diceritakan dalam sebuah hadits. Said Ibn Jubair berkata "Aku berkata kepada Ibn Abbas, 'Nauf Al-Bukah mengklaim bahwa Musa, sahabat Al-Khidr, bukanlah Musa nabi dari bani Israel, tetapi beberapa Musa lainnya.' Ibn Abbas berkata 'Musuh Allah yaitu Nauf telah berbohong. Ubai Ibn Kab mengatakan kepada kami bahwa Nabi berkata Suatu ketika Musa berdiri dan berbicara kepada Bani Israel. Dia ditanya siapa orang yang paling terpelajar di antara manusia. Dia berkata “Aku.” Allah menegurnya karena dia tidak memberikan ilmu yang mutlak kepada-Nya Allah. Maka Allah berfirman kepadanya 'Ya, di persimpangan dua lautan ada hamba-Ku yang lebih berilmu darimu. " Musa berkata "Ya Tuhanku! Bagaimana saya bisa bertemu dengannya?" Allah berfirman "Ambil seekor ikan dan masukkan ke dalam keranjang besar dan kamu akan menemukannya di tempat di mana kamu akan kehilangan ikan."Musa mengambil seekor ikan dan memasukkannya ke dalam keranjang dan berjalan bersama dengan anak laki-lakinya pelayannya, Joshua Yusha Ibn Nun, sampai mereka mencapai batu karang tempat mereka meletakkan kepala mereka yaitu berbaring. Musa tidur, dan ikan, keluar dari keranjang, jatuh ke laut. Ia mengambil jalannya ke laut lurus seperti di terowongan. Allah menghentikan aliran air di atas ikan dan itu menjadi seperti lengkungan Nabi menunjukkan lengkungan ini dengan tangannya. Mereka menempuh sisa malam itu, dan keesokan harinya Musa berkata kepada anak laki-lakinya pelayannya "Berikanlah kami makanan kami, karena sesungguhnya, kami telah menderita banyak kelelahan dalam perjalanan kami ini." Musa tidak merasa lelah sampai dia menyeberangi tempat yang diperintahkan Allah kepadanya untuk dicari. Anak laki-lakinya pelayannya berkata kepadanya "Tahukah Kamu bahwa ketika kami duduk di dekat batu itu, saya melupakan ikan itu, dan tidak ada kecuali Setan yang membuat saya lupa untuk memberi tahu Kamu tentang hal itu, dan ia mengambil jalannya ke dalam laut dengan cara yang menakjubkan?" Jadi ada jalan untuk ikan itu dan itu membuat mereka heran. Musa berkata "Itulah yang kami cari." Jadi keduanya menelusuri kembali langkah mereka sampai mereka mencapai batu. Di sana mereka melihat seorang pria berbaring ditutupi dengan Musa Berbicara Dengan Nabi Khidir Ilustrasi Nabi Khidir. Musa menyapanya, dan dia menjawab dengan mengatakan "Bagaimana orang saling menyapa di tanahmu?" Musa berkata "Aku adalah Musa."Pria itu bertanya "Musa dari Bani Israel?" Musa berkata 'Ya, aku datang kepadamu agar kamu dapat mengajariku dari hal-hal yang telah diajarkan Allah kepadamu." Dia berkata "Wahai Musa! Aku memiliki sebagian dari ilmu Allah yang telah Allah ajarkan kepadaku dan yang tidak kamu ketahui, sedangkan kamu memiliki sebagian dari ilmu Allah yang Allah telah ajarkan kepadamu dan yang tidak aku ketahui.” Musa bertanya “Bolehkah aku mengikutimu? ?” Dia berkata “Tapi kamu tidak akan bisa bersabar denganku, karena bagaimana kamu bisa bersabar tentang hal-hal yang tidak akan kamu mengerti?” Musa berkata 'Kamu akan menemukanku, jika Allah menghendaki, benar-benar sabar, dan aku tidak akan mendurhakaimu sedikitpun.”Jadi keduanya berangkat berjalan di sepanjang pantai laut. Sebuah perahu melewati mereka, dan mereka meminta awak perahu untuk membawa mereka ke atas kapal. Para kru mengenali Al-Khidr, jadi mereka membawa mereka ke kapal tanpa ongkos. Ketika mereka berada di atas perahu, seekor burung gereja datang dan berdiri di tepi perahu dan mencelupkan paruhnya sekali atau dua kali ke laut. Nabi Khidir berkata kepada nabi Musa "Wahai Musa! Ilmuku dan ilmumu tidak mengurangi ilmu Allah kecuali sebanyak burung pipit ini menurunkan air laut dengan paruhnya." Kemudian tiba-tiba Al-Khidr mengambil sebuah kapak dan menarik sebuah papan, dan Musa tidak menyadarinya sampai dia telah menarik sebuah papan dengan kapak itu. Musa berkata kepadanya "Apa yang telah kamu lakukan? Mereka membawa kami ke kapal tanpa memungut biaya apapun; namun kamu dengan sengaja membuat lubang di perahu mereka untuk menenggelamkan penumpangnya. Sesungguhnya, kamu telah melakukan hal yang mengerikan." Nabi Khidir menjawab "Bukankah aku sudah memberitahumu bahwa kamu tidak akan bisa bersabar denganku?" Musa menjawab "Jangan salahkan aku atas apa yang telah aku lupakan, dan jangan keras terhadapku karena kesalahanku." Jadi alasan pertama Musa adalah dia mereka telah meninggalkan laut, mereka melewati seorang anak laki-laki yang sedang bermain dengan anak laki-laki lain. Nabi Khidir memegang kepala anak itu dan mencabutnya dengan tangannya seperti ini. Sufyan, sub-narator memberi isyarat dengan ujung jarinya seolah-olah sedang memetik buah. Musa berkata kepadanya "Apakah kamu telah membunuh orang yang tidak bersalah yang tidak membunuh siapa pun? Kamu benar-benar telah melakukan hal yang mengerikan." Al-Khidr berkata "Bukankah aku sudah memberitahumu bahwa kamu tidak bisa bersabar denganku?" Musa berkata "Jika saya bertanya kepada Kamu tentang apa pun setelah ini, jangan temani saya. Kamu telah menerima alasan dari saya."Kemudian keduanya melanjutkan perjalanan sampai mereka datang ke beberapa orang di suatu desa, dan mereka meminta makanan kepada penduduknya tetapi mereka menolak untuk menjamu mereka sebagai tamu. Kemudian mereka melihat di dalamnya ada tembok yang akan runtuh dan Al Khidir memperbaikinya hanya dengan menyentuhnya dengan tangannya. Sufyan, subnarator, memberi isyarat dengan tangannya, menggambarkan bagaimana nabi Khidir melewati dinding ke atas. Musa berkata "Ini adalah orang-orang yang kami panggil, tetapi mereka tidak memberi kami makanan, atau menghibur kami sebagai para tamu, namun Kamu telah memperbaiki tembok mereka. Jika Kamu mau, Kamu bisa mengambil upah untuk itu." Nabi Khidir berkata "Ini adalah perpisahan antara kamu dan aku, dan aku akan memberi tahu kamu penjelasan tentang hal-hal yang kamu tidak bisa bersabar."Nabi menambahkan "Kami berharap Musa bisa tetap sabar karena Allah mungkin telah memberi tahu kami lebih banyak tentang kisah mereka." Sufyan, sub-narator, mengatakan bahwa Nabi berkata "Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Musa! Jika dia tetap sabar, kami akan diberitahu lebih lanjut tentang kasus mereka.".Itulah kisah nabi Khidir dan nabi Musa. Ada hikmah dibalik kisahnya ini yang bisa dipetik. Semoga artikel ini bermanfaat. Usai Bolehkan Santri Berzina, Pimpinan Ponpes Al-Zaytun Khutbah Pakai Ayat Alkitab Pondok Pesantren Al-Zaytun Indramayu, Jawa Barat kembali jadi bahan pembicaraan publik. Terkini, pimpinan ponpes yaitu Panji Gumilang khutbah dengan memakai ayat Alkitab. 7 Juni 2023
Pertemuan Nabi Musa 'alaihissalam AS dan Nabi Khidir AS adalah kisah luar biasa yang sarat hikmah. Allah menceritakannya dalam Alqur'an agar manusia mengambil iktibar betapa luasnya ilmu-Nya. Dalam hadits riwayat Al-Bukhari, Ubay bin Ka'ab berkata ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam SAW bersabda "Suatu ketika, Nabi Musa berkhotbah di depan bani Israil, lalu ia ditanya, 'Siapa manusia yang paling berilmu?' Musa menjawab 'Aku'. Allah kemudian menegur Nabi Musa karena tidak menyatakan yang paling tahu adalah Allah. Allah kemudian mewahyukan kepadanya, "Sungguh, Aku memiliki seorang hamba-Ku di pertemuan antara dua lautan, dan lebih berilmu dari kamu." Nabi Musa bertanya, "Ya Rabb, bagaimana caranya agar aku bisa bertemu dengannya? Allah berfirman kepada Musa, "Bawalah seekor ikan yang kamu masukkan ke dalam suatu tempat, di mana ikan itu menghilang maka di situlah hamba-Ku itu berada!"Kemudian Nabi Musa pergi bersama seorang pelayan ada yang mengatakan muridnya bernama Yusya' bin Nun. Keduanya membawa ikan itu hingga keduanya tiba di sebuah batu besar. Mereka membaringkan tubuhnya sejenak lalu tertidur. Tiba-tiba ikan itu menghilang dari tempat tersebut. Ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut. Musa dan pelayannya merasa Nabi Musa dan Nabi Khidir ini diabadikan dalam Surah Al-Kahfi. Berikut kisah selengkapnya Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya, 'Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.'Ketika mereka sampai ke pertemuan dua laut, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya, 'Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.'Muridnya menjawab, 'Tahukah kamu, ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa menceritakan tentang ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan; dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.”Musa berkata, "Itulah tempat yang kita cari." Lalu, keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi berkata kepada Khidir, "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajariku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"Dia menjawab, "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"Musa berkata, "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam satu urusan pun."Dia berkata, "Jika kamu mengikutiku, janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu."Berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidir melubanginya. Musa berkata, "Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar."Dia Khidir berkata, "Bukankah aku telah berkata, 'Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku?'Musa berkata, "Janganlah kamu menghukumku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebaniku dengan suatu kesulitan dalam urusanku."Berjalanlah keduanya, hingga keduanya bertemu dengan seorang anak, maka Khidir membunuhnya. Musa kemudia berkata, "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar."Khidir berkata, "Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sungguh kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?"Musa berkata, Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah kali ini, janganlah kamu membolehkan aku menyertaimu. Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku."Keduanya pun berjalan, hingga keduanya sampai di penduduk suatu negeri. Mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidir menegakkan dinding berkata, "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu."Khidir berkata, "Inilah perpisahan antara aku dan kamu. Aku akan memberitahukan kepadamu maksud perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.""Adapun bahtera perahu itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku merusak bahtera itu karena di hadapan mereka ada seorang raja dzalim yang merampas setiap bahtera.""Adapun anak itu, kedua orang tuanya adalah orang mukmin. Kami khawatir bahwa dia akan memaksa kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Kami menghendaki supaya Rabb mereka mengganti anak lain bagi mereka, yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih mendalam kasih sayangnya kepada ibu bapaknya.""Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedangkan ayahnya adalah seorang yang saleh. Rabbmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Rabbmu; dan tidaklah aku melakukannya menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah maksud perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya'." Surah Al-Kahfi ayat 60-82Ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari pertemuan dua sosok manusia pilihan Allah itu. Di antaranya pelajaran berharga tentang adab, kesabaran, hakikat ilmu serta hikmah agar tidak menyombongkan diri. Kisah Nabi Musa dan Khidir ini telah mengantarkan kita kepada pemahaman bahwa ilmu-Nya benar-benar Mahaluas. Di dalam Kitab 'Al-Asror Rabbaniyyah wal Fuyudhatur Rahmaniyyah' karya Syeikh Ahmad Shawi Al-Maliki diterangkan bahwa Nabi Khidir dan Nabi Ilyas adalah nabi yan hidup kekal sampai hari kiamat. Nabi Khidir berkeliling di sekitar lautan sambil memberi petunjuk kepada orang-orang yang tersesat di lautan. Sedangkan, Nabi Ilyas berkeliling di sekitar gunung-gunung untuk memberi petunjuk kepada orang-orang yang tersesat di gunung. Allahu A'lam. rhs
kisah gus dur bertemu nabi khidir